Pengertian Anggaran

  • Posted: 20.07
  • |
  • Author: ray81

2.1.1 Pengertian Anggaran

Dalam pengelolaan perusahaan, terlebih dahulu manajemen menetapkan tujuan dan sasaran, dan kemudian membuat rencana kegiatan untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut. Dampak keuangan yang diperkirakan akan terjadi sebagai akibat dari rencana kerja tersebut, kemudian disusun dan dievaluasi melalui proses penyusunan anggaran.
Adapun pengertian anggaran menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri (1989 : 6), adalah sebagai berikut :
“Suatu pendekatan yang formal dan sistematis daripada pelaksanaan tanggung jawab manajemen di dalam perencanaan, koordinasi, dan pengawasan”.
Pada dasarnya anggaran yang bermanfaat dan realistis tidak hanya dapat membantu mempererat kerja sama karyawan, memperjelas kebijakan dan merealisasikan rencana saja, tetapi juga dapat menciptakan keselarasan yang lebih baik dalam perusahaan dan keserasian tujuan diantara para manajer dan bawahannya.
Menurut Mulyadi (1993 : 438), anggaran disusun oleh manajemen dalam jangka waktu satu tahun untuk membawa perusahaan ke kondisi tertentu yang diperhitungkan. Dengan anggaran, manajemen mengarahkan jalannya kondisi perusahaan. TAnpa anggaran, dalam jangka pendek perusahaan akan berjalan tanpa arah, dengan pengorbanan sumber daya yang tidak terkendali (at any cost).
Lebih jelas lagi Munandar (2001 : 1), mengungkapkan pengertian anggaran adalah sebagai berikut :
“Suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan dating.”
Dari pengertian tersebut, anggaran mempunyai empat unsur, yaitu :
1. Rencana
Yaitu suatu penentuan terlebih dahulu tentang aktivitas atau kegiatan yang akan dilakukan di waktu yang akan dating.
2. Meliputi
Yaitu mencakup semua jegiatan yang akan dilakukan oleh semua bagian-bagian yang ada dalam perusahaan.
3. Dinyatakan dalam unit moneter
Yaitu unit (kesatuan) yangdapat diterapkan pada berbagai kegiatan perusahaan yang beraneka ragam. Adapun unit moneter yang berlaku di Indonesia adalah unit “rupiah”.
4. Jangka waktu tertentu yang akan datang
Yaitu menunjukkkan bahwa anggaran berlaku untuk massa yang akan dating. Ini berarti Apa yang dimuat di dalam anggaran adalah taksiran-taksiran tentang apa yang akan terjadi serta apa yang akan dilakukan dimasa yang akan dating.
Dari pengertian anggaran yang telah diutarakan di atas dapatlah diketahui bahwa anggaran merupakan hasil kerja (out put) terutama berupa taksiran-taksiran yang akan dilaksanakan di waktu yang akan dating. Karena suatu anggaran merupakan hasil kerja (out put), maka anggaran dituangkan dalam suatu naskah tulisan yang disusun secara teratur dan sistematis. Secara lebih terperinci Munandar ( 2001 : 16) menjelaskan proses kegiatan yang tercakup dalam anggaran sebagai berikut :
1. Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan untuk menyususn anggaran.
2. Pengelolaan dan penganalisaan data dan informasi tersebut untuk mengadakan taksiran-takisiran dalam rangka menyusun anggaran.
3. Menyusun anggaran serta meyajikannya secara teratur dan sistematis .
4. Pengkoordinasian pelaksanaan anggaran.
5. Pengumpulan data dan informasi untuk keperluan pengawasan kerja.
6. Pengolahan dan penganalisaan data tersebut untuk mengadakan interpretasi dan memperoleh kesimpulan-kesimpulan dalam rangka mengadakan penilaian terhadap kerja yang telah dilaksanakan.
Berdasarkan definisi-definisi dan pengertian anggaran dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Bahwa anggaran harus bersifat formal, artinya anggaran disusun dengan sengaja dan bersungguh-sungguh dalam bentuk tertulis.
2. Bahwa anggaran harus bersifat sistematis, artinya anggaran disusun dengan berurutan dan berdasarkan logika.
3. Bahwa suatu saat manajer dihadapkan pada suatu tanggung jawab untuk mengambil keputusan.
4. Bahwa keputusan yang diambil oleh manajer tersebut merupakan pelaksanaan fungsi manajer dari segi perencanaan, koordinasi dan pengawasan.
2.1.2. Kegunaan Anggaran
Anggaran disusun untuk membantu manajemen dalam kegiatan perencanaan dan pengawasan. Manajemen yang baik tidak ingin menghadapi periode yang akan datang dengan ketidakpastian.
Menurut Munandar ( 2001 : 10 ), anggaran mempunyai kegunaan pokok yaitu :
1. Sebagai pedoman kerja
Anggaran berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan arah serta sekaligus memberikan target-target yang harus dicapai oleh kegiatankegiatan perusahaan di waktu yang akan datang.
2. Sebagai alat Pengkoordinasian kerja
Anggaran berfungsi sebagai alat untuk pengkoordinasian kerja agar semua bagian-bagian yang terdapt di dalam perusahaan dapat saling menunjang, saling bekerja sama dengan baik, untuk menuju kearah sasaran yang telah ditetapkan.
3. Sebagai alat pengawasan kerja
Anggaran berfungsi sebagai tolok ukur, sebagai pembanding untuk menilai (evaluasi) realisasi kegiatan perusahaan.
Untuk bisa penaksiran secara lebih akurat, diperlukan sebagai data, informasi dan pengalaman yang merupakan factor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menyusun anggaran.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran
Untuk bisa melakukan penaksiran secara lebih akurat, diperlukan berbagai data, informasi dan pengalaman yang merupakan factor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menyusun anggaran.
Menurut Munandar (2001 : 11) faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran yaitu :
1. Faktor-faktor Intern
Yaitu data, informasi dan pengalaman yang terdapat di dalam perusahaan sendiri, Faktor-faktor tersebut antara lain :
a. Penjualan tahun-tahun yang lalu
b. Kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan dengan masalah harga jual, syarat pembayaran barang yang dijual, pemilihan saluran distribusi dan sebagianya.
c. Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan.
d. Tenaga kerja yangn dimiliki perusahaan, baik jumlahnya (Kuantutatif) maupun keterampilan dan keahliannya (Kualitatif).
e. Fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki perusahaan.
Faktor-faktor intern ini masih dapat mengukur dan menyesuaikan dengan apa yang diinginkan untuk masa yang akan datang.
2. Faktor-faktor Ekstern
Yaitu data, informasi dan pengalaman yang terdapat di luar perusahaan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap kehidupan perusahaan.
Faktor-faktor tersebut antara lain adalah :
a. Keadaan persaingan.
b. Tingkat pertumbuhan penduduk
c. Tingkat penghasilan masyarakat.
d. Berbagai kebijaksanaan pemerintah, baik dibidang politik, ekonomi, sosial, budaya maupun keamanan.
e. Keadaan perekonomian nasional maupun internasional, kemajuan teknologi dan sebagainya.
Faktor-faktor ekstern ini tidak mampu untuk mengatur dan menyelesaikan sesuai dengan apa yang diinginkan dalam periode anggaran yang akan datang.
2.1.4. Keterbatasan dan Syarat-syarat Anggaran
Walaupun terdpat manfaat yang diperoleh dengan penyusunan anggaran, tetapi masih terdpat keterbatasan-keterbatasan anggaran. Menurut Supriyono (1996 : 180), keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Anggaran didasarkan pada estimasi atau proyeksi atas kegiatan yang akan datang, ketepatan dari estimasisanagta tergantung kepada pengalaman dan kemampuan dari estimator atau proyektor, ketidaktepatan anggaran berakibat tidak dapat dipakai sebagai alat perencanaan, koordinasi, dan pengawasan baik.
2. Anggaran harus selalu disesuaikan dengan perubahan kondisi dan asumsi. Anggaran disusun atas dasar kondisi dan asumsi tertentu, oleh karena itu perubahan kondisi dan asumsi yang mendasari penyusunan anggaran mengharuskan adanya revisi anggaran agar anggaran tersebut dapat digunakan sebagai ala pengendalian. Perubahan kondisi dan asumsi misalnya dapat berupa : laju inflasi atau kebijakan pemerintah dibidang ekonomi.
3. Anggaran dapat dipakai sebagi alat pengendalian biaya hanya apabila semua pihak, terutama manajer-manajer perusahaan, secara terus menerus secara terkoordinir berusaha dan bertanggung jawab atas tercapainya tujuan yang telah ditentukan di dalam anggaran.
4. Semua pihak di dalam perusahaan perlu menyadari bahwa anggaran adalah alat untuk mengendalikan biaya, akan tetapi tidak dapat menggantikan fungsi manajemen dan “judgement” manajemen masih diperlukan atas dasar pengetahuan dan pengalamannya.
Karena anggaran dapat dimanfaatkan sebaik mungkin, maka anggaran yang baik harus memenuhi persyaratan, menurut Supriyono (1996 : 19) syarat-syarat tersebut adalah :
1. Adanya organisasi perusahaan yang sehat, yaitu organisasi yang membagi tugas dengan jelas dan menentukan garis wewenang dan bertanggung jawab yang jelas.
2. Adanya sistem yang memadai, yaitu uang meliputi :
a. Penggolongan rekening yang sama antara anggaran dengan realisasinya sehingga dapat dibandingkan dan dihitung penyimpangannya.
b. Pencatatan akuntansi dapat memberikan informasi mengenai realisasi anggaran.
c. Laporan didasarkan pada akuntansi pertanggungjawaban.
3. Adanya dukungan para pelaksana, karena anggaran dapat menjadi pengendalian yang baik jika ada dukungan dari para pelaksana dari tingkat atas mapun tingkat bawah.
2.1.5. Jenis-jenis dan Isi anggaran
Menurut Munandar (2001 : 19), jenis-jenis anggaran dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
1. Anggaran operasional, ialah anggaran yang berisi taksiran-taksiran tentang kegiatan-kegiatan perusahaan dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.
2. Anggaran finansial, ialah anggaran yang berisitaksiran-taksiran tentang keadaan atau posisi finansial perusahaan pada suatu saat tertentu di masa yang akan datang.
Lebih lanjut Munandar (2001 : 19), menyebutkan isi anggaran secara garis besar terdiri atas :
1. Anggaran taksiran, yaitu anggaran yang berisi taksiran-taksiran kegiatan perusahaan dalam periode tertentu di masa yang akan datang. Serta taksiran-taksiran tentang keadaan atau posisi finansial perusahaan pada suatu saat tertentu di masa yang akan datang.
2. Anggaran variabel, yaitu anggaran yang berisi tingkat perubahan biaya atau tingkat variabilitas biaya, khususnya biaya semi variabel, sehubungan dengan adanya perubahan produktivitas perusahaan.
3. Analisis statistika dan matematika pembantu, yaitu analisis yang dipergunakan untuk membuat taksiran-taksiran serta yang dipergunakan untuk mengadakan penelitian dalam rangka megadakan pengawasan kerja.
5. Laporan anggaran, yaitu tentang realisasi pelaksanaan anggaran yang dilengkapi dengan berbagai analisis perbandingan antara anggaran dengan realisasinya, sehingga dapat diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan, baik yang bersifat menguntungkan maupun yang bersifat merugikan, sehingga dapat ditarik kesimpulan dan beberapa tindak lanjut yang segera perlu dilakukan.
2.1.6. Prosedur Penyusunan Anggaran
Dalam penyusunan anggaran (budget), menurut Munandar (2001 : 17) yang berwenang dan bertanggung jawab atas penyusunan anggaran serta kegiatan penganggaran lainnya adalah di tangan pimpinan tertinggi perusahaan. Hal tersebut disebakan karena pimpinan tertinggi perusahaanlah yang paling berwenang dan bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan secara keseluruhan.
Namun dalam menyiapkan dan menyusun anggaran (budget) serta kegiatan-kegiatan penganggaran lainnya tidak harus ditangani sendiri oleh pimpinan tertinggi perusahaan, melainkan dapat didelegasikan kepada bagian lain dalam perusahaan.
Menurut Mas’ud Machfoedz (1989 : 4), dalam penyusunan anggaran, terdapat hal-hal yang penting yang harus diperhatikan diantaranya :
1. Harus selalu diingat bahwa anggaran merupakan bagian dari sistem yang lebih besar .
2. Dalam penyusunan angaran harus sudah ditentukan terlebih dahulu tujuan pokok perusahaan.
3. Setelah ditentukan tujuan pokok perusahaan, maka disusun beberapa alternatif program, setelah itu ditentukan program-program mana yang paling mungkin dilaksanakan.
4. Program pada umumnya meliputi kegiatan untuk beberapa tahun, oleh karena itu program harus dibagi-bagi secara tahunan.
5. Setelah ditetapkan pembagian tersebut diterjemahkan dalam angka-angka pada tahun tertentu.
Bagian yang diserahi tugas mempersiapkan dan menyusun anggaran tersebut sangat tergantung pada struktur organisasi dari masing-masing perusahaan, tygas ini dapat didelegasikan kepada :
1. Bagian administrasi
Biasa dilakukan oleh perusahaan kecil, karena kegiatan perusahaan tidak terlalu kompleks, sederhana denga ruang lingkup yang terbatas, sehingga tugas penyusunan anggaran tidak perlu banyak melibatkan secara aktif seluruh bagian yang ada di perusahaan. Penunjukkan bagian administrasi dilakukan karena pada bagian ini terkumpul semua data dan informasi yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan. Dengan bekal data informasi tersebut, ditambah dengan informasi-informasi ekstern, maka bagian administrasi diharapkan mampu menyusun anggaran daripada bagian lain dalam perusahaan.
2. Panitia anggaran
Hal ini biasanya dilakukan oleh perusahaan besar, sebab pada perusahaan besar kegiatannya cukup komlpleks, dengan ruang lingkup yang luas, sehingga bagian administrasi sudah tidak mungkin dan tidak mampu untuk menyusun anggaran sendiri tanpa partisipasi dari bagian lain di perusahaan.
Bagian-bagian yang terlibat di dalam panitia anggaran adalah antara lain :
1. Direksi, berperan memberikan bahan masukan mengenai berbagai kendala umum serta rencana perusahaan secara menyeluruh baik rencana jangka pendek maupun rencana jangka panjang.
2. Manajer perusahaan, bertugas menyusun anggaan penjualan dan anggaran biaya distribusi, termasuk biaya iklan dan promosi.
3. Manajer Produksi, bertugas menyusun anggaran-anggaran yang berhubungan dengan seluruh kegiatan produksi, seperti jumlah yang akan dihasilkan, tenaga kerja, bahan mentah, pembelian dan biaya overhead pabrik.
4. Manajer keuangan, bertugas menyusun anggaran-anggaran yang berhubungan dengan posisi keuangan perusahaan seperti angaran kas, anggaran rugi laba dan neraca.
5. Manajer umum, administrasi dan personalia, bertugas menyusun anggaran-anggaran yang berhubungan dengan biaya umumdan administrasi serta personalia.
2.2. Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku merupakan biaya bagi bahan-bahan yang secara langsung digunakan dalam produksi untuk mewujudkan suatu macam produk jadi yang siap untuk dipasarkan, atau siap untuk diserahkan kepada pemesan. Dimana dalam biaya bahan baku itu berbagai macam bahan yang diolah menjadi produk jadi dan pemakaiannya dapat diidentifikasi secara langsung dan merupakan bagian integral dari produk tertentu.
Menurut Mas’ud Machfoedz (1990 : 39) biaya bahan baku diartikan sebagai berikut :
“Biaya bahan baku dalam arti luas adalah elemen yang digunakan seabagai dasar pembuatan barang jadi, tetapi ada kemungkinan barang jadi daari produk suatu perusahaan merupakan material (bahan dasar) dari perusahaan lain”.

Sedangkan Mulyadi ( 1990 : 11) mengemukakan bahwa :
“Bahan baku adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari pada produk jadi dan biaya bahan baku adalah harga pokok bahan baku tersebut yang diolah di dalam proses produksi”.
2.3. Anggaran Biaya Bahan Baku

Pada perusahaan manufaktur, terdapat tiga komponen utama yang dibutuhkan dalam pembuatan produk, yaitu bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku umumnya merupakan biaya yang paling besar persentasenya dibandingkan dengan biaya produksi lainnya. Perencanaan bahan baku disusun oleh pihak manajemen berdasarkan anggaran produksi, perencanaan yang baik akan memberikan sumbangan yang besar terhadap efisiensi dan kemampuan untuk menghasilkan laba.
2.4. Pengertian Anggaran Biaya Bahan Baku

Bahan yang digunakan untuk proses produksi dapat dibedakan menjadi bahan langsung dan bahan tidak langsung. Anggaran biaya bahan baku hanya mencakup bahan langsung yang akan direncanakan dan digunakan dalam dalam proses produksi, sedangkan bahan tidak langsungakan direncanakan dalam anggaran biaya overhead pabrik.
Dengan anggaran ini, pihak manajemen dapat melakukan estimasi mengenai jumlah bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi, sehingga dapat dibuat rencana.
Yang dimaksud dengan anggaran biaya bahan baku menurut Munandar (2001 : 119) adalah sebagai berikut :
“Semua anggaran yang berhubungan dan merencanakan secara lebih terperinci tentang penggunaan bahan baku untuk proses produksi selama periode yang akan datang”.
Sedangkan menurut Matz dan Usry (1985 : 5), medefinisikan anggaran biaya bahan baku adalah :
“Anggaran biaya yang menunjukkan banyak dan harga dari bahan yang diperlukan untuk memproduksi jumlah barang jadi yang telah ditentukan sebelumnya”.
Pendapat lain juga diungkapkan oleh Hansen dan Mowen (1997 : 203) mengenai anggaran biaya bahan baku :
“The direct materials budget is a purcahse budget and it dependens on the expected use of materials in production nad the raw materials inventory needs of the firm”.
Selain definisi diatas, anggaran biaya bahan baku dapat juga diuraikan sebagai berikut ( Hammer, Carter, Usry, 1994 : 407)
The direct in materials budget spesifies the quantity and cost of materials requiredto produce the predetermined units of finished goods it :
1. Leads to the determination of quantities of materials that the must be on hands.
2. Permits the purchasing departement to set up purchasing schedule that assures delivery of materials when needed.
3. Establishes a means by whish the treasure can include in the cash budget the necessary funds for periodic purchase as well as for all other cash payments.

Anggaran biaya bahan baku terdiri dari tiga buah anggaran, yang disusun (dibuat) berurutan, yaitu :
1. Anggaran unit kebutuhan bahan baku, yang merencanakan secara lebih terperinci jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk berproduksi selam periode yang akan datang.
2. Anggaran pembelian bahan baku, yang merencanakan secara lebih terperinci tentang pembelian bahan baku untuk memenuhi kebutuhan untuk berproduksi selama periode yang akan datang.
3. Anggaran biaya bahan baku, yang merencanakan secara lebih terperinci tentang besarnya biaya bahan baku untuk berproduksi selama periode yang akan datang.
Ketiga buah anggaran tersebut harus disusun berurutan, sebab anggaran yang lebih awal haarus disusun, akan dipergunakan untuk menyusun anggaran yang lebih akhir.
Bilamana perusahaan menghasilkan lebih dari satu macam produk, maka rencana tentang kebutuhan bahan baku dari masing-masing produk tersebut harus diperinci dan dipisahkan secara jelas. Disamping itu, bilamana proses produksi untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi memerlukan lebih dari satu tahap pengolahan, maka rencana tentang kebutuhan bahan baku dari masing-masing tahap pengolahan (departemen) tersebut harus dicapai dan dipisahkan secara jelas.
2.4.1. Kegunaan Anggaran Biaya Bahan Baku
Menurut Munandar (2001 : 120), semua anggaran termasuk anggaran biaya bahan baku, mempunyai tiga kegunaan pokok, yaitu sebagai pedoman kerja, sebagai alat pengkoordinasian kerja, serta sebagai alat pengawasan kerja, yang membantu manajemen dalam memimpin jalannya perusahaan. Sedangkan secara khusus, anggaran biaya bahan baku berguna sebagai dasaar untuk penyusunan anggaran pembelian bahan baku.
2.4.1.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Anggaran Biaya Bahan Baku
Agar suatu anggaran dapat berfungsi dengan baik, maka transaksi-transaksi yang termuat dalamnya harus cukup akurat, sehingga tidak jauh berbeda. Denga realisasinya nanti.Untuk bisa melakukan penaksiran secara lebih akurat, diperlukan data, informasi dan pengalaman, yang merupakan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan di dalam penyusunan anggaran biaya bahan baku menurut Munandar (2001 : 121), antara lain:
a. Anggaran biaya bahan baku, khususnya tentang jenis jumlah barang yang akan diproduksi dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang. Semakin besar jumlah unit yang akan diproduksikan, aka semakin besar pula jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi. Sebaliknya, semakin kecil jumlah yang akan diproduksikan, akansemakin kecil pula jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi.
b. Berbagai standar pemakaian bahan dari masing-masing jenus bahan baku untuk proses produksi, yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Dalam rangka mengetahui jumlah unit bahan baku yang dibutuhkanuntuk proses produksi, pada umunya perusahaan telah menetapkan standar-standar pemakaian tiap-tiap jenis bahan baku. Lebih lanjut Munandar (2001 : 122) mengemukakan bahwa untuk menetapkan angka-angka standar ini dapat dilakukan dengan dua cara (metode), yaitu :
· Dengan cara yang mendasarkan diri pada data historis atau pengalaman di waktu-waktu yang lalu. Dengan memperbandingkan antara jumlah produk yang dihasilkan pada suatu periode (tahun, bulan, dan sebagainya), dengan jumlah bahan baku yang dipergunakan untuk berproduksi pada periode yang sama, akan dapat diketahui penggunaan bahan baku rata-rata untuk setiap unit produk pada peiode tersebut.
· Cara yang mendasarkan diri pada penelitian-penelitian khusus. Cara seperti ini dapat dilakukan dengan :
- Mengukur serta meneliti satu atau beberapa produk barang jadi yang dihasilkan perusahaan. Misalnya perusahaan yang menghasilkan pupuk menetapkan standar pemakaian bahan baku gas alam dengan cara mengukur jumlah (volume) gas alam yang diperlukan dalam pembuatan pupuk dalam jumlah yang telah ditentukan misalnya er ton.
- Mengadakan penelitian Laboratoris
- Mengadakan percobaan-percobaan proses produksi sambil megukur serta menghitng jumlah unit bahan baku yang dipergunakan selama percobaan tersebut berlangsung.
2.4.1.2 Tujuan Penyusunan Anggaran Biaya Bahan Baku
Tujuan-tujuan dari penyusunan anggaran biaya bahan baku adalah sebagi berikut : (Adi Saputro dan Asri, 1996 : 214)
1. Memperkirakan jumlah kebutuhan bahan baku
2. Memperkirakan jumlah pembelian bahan baku yang diperlukan
3. Sebagi dasar untuk memperkirakan jumlah dana yang diperlukan untuk melaksanakan pembelian bahan baku.
4. Sebagai dasar penyusunan product costing, yakni memperkirakan komponen harga pabrik karena penggunaan bahan baku dalam proses produksi.
5. Sebagai dasar untuk melaksanakan fungsi pengawasan bahan baku
2.5. Efektivitas Pengendalian

2.5.1. Pengertian Efektivitas

Pengertian efektivitas menurut Supriyono (1989 : 27), yaitu :

“Efektivitas adalah hubungan antara keluaran pusat pertanggungjawaban dengan tujuan”.
Sedangkan efektivitas menurut Anthony, Dearden, dan Bedford yang dialih bahasakan oleh Agus Maulana (1992 : 203) adalah sebagai berikut :
“Efektivitas adalah hubungan antara keluaran suatu pusat pertanggungjawaban dengan keluaran sasaran yang harus dicapainya”.
Efektivitas merupakan salah satu aspek penilaian prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan. Efektivitas selalu berkaitan dengan tujuan perusahan. Suatu pusat pertanggungjawaban atau unit organisasi dapat dikatakan efektif sejalan dengan kontribusi yang diberikan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Artinya, semakin besar kontribusi keluaran suatu unit organisasi terhadap pencapaian tujuan perusahaan, semakin efektif pula kegiatan unit organisasi tersebut. Karena sasaran maupun keluaran dari suatu unit kerja seringkali sulit sekali dikuantifikasikan, maka pengukuran efektif sulit pula untuk ditetapkan secara terinci. Oleh karena itu, sering kali tingkat efektivitas digambarkan dalam besaran yang kualitatif saja.
Efektivitas selalu berkaitan dengan efisiensi, karena sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk mencapai tujuan terbatas jumlahnya. Efisiensi menggambarkan berapa banyak masukan yang diperlukan untuk menghasilkan keluaran tersebut. Tujuan perusahan harus dapat dicapai dengan menggunakan sumber daya yang minimal, arinya terhindar dari pemborosan yang tida perlu dalam segala aspek usaha.
2.5.2. Efektivitas Pengendalian Biaya Bahan Baku
Suatu perencanaan yang baik tidak akan dapat dilaksanakan dengan baikpula tanpa adanya pengendalian yang baik. Setelah menuangkan rencana pemakaian bahan baku kedalam anggaran biaya bahan baku dan kemungkinan bahan baku yang terpakai melebihi bahan baku yang dianggarkan pada saat pelaksanaan. Hal ini dapat menunjukkan dua kemungkinan yaitu pelakian bahan baku yang dianggarkan lebih rendah atau bahan baku yang terpakai terlalu tinggi.
Untuk menghindari terjadinya penganggaran biaya bahan baku yang terlalu rendah, anggaran biaya bahan baku yang sudah ditetapkan harus selalu dievaluasi dan disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada saat itu, oleh karena itu apabila terdapat selisih pemakaian sebaiknya manajemen mencari penyebab terjadinya selisih agar diketahui kewajaran daripada selisih tersebut. Welsch, Hilton, dan Gordon menyebutkan bahwa untuk menganalisis pemakaian bahan baku sebaiknya dibuat suatu laporan kinerja internal setiap bulannya yang menunjukkan
1. Materials and part price variances
2. Materials and part usage variances (including spoilage, waste, and abnormalscrap), and
3. Inventory level variances from standards.

0 people have left comments

Commentors on this Post-